Npm : 21414530
Kelas : 3IC02
TUGAS SOFTSKILL [METODOLOGI PENELITIAN]
I. Pengertian Uji Metalografi
Ilmu logam dibagi menjadi dua bagian khusus, yaitu metalurgi dan metalografi. Metalurgi adalah ilmu yang menguraikan tentang cara pemisahan logam dari ikatan unsur-unsur lain. Metalurgi dapat dikatakan pula sebagai cara pengolahan logam secara teknis untuk memperoleh jenis logam atau logam paduan yang memenuhi kebutuhan tertentu. Sedangkan metalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara pemeriksaan logam untuk mengetahui sifat, struktur, temperatur, dan persentase campuran logam tersebut.
Dalam proses pengujian metalografi, pengujian logam dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Pengujian makro (Macroscope Test)
Pengujian makro ialah proses pengujian bahan yang menggunakanmata terbuka dengan tujuan dapat memeriksa celah dan lubang dalam permukaan bahan. Angka kevalidan pengujian makro berkisar antara 0,5 hingga 50 kali.
2. Pengujian mikro (Microscope Test)
Pengujian mikro ialah
proses pengujian terhadap bahan logam yang bentuk kristal logamnya tergolong
sangat halus. Sedemikian halusnya sehingga pengujiannya memerlukan kaca
pembesar lensa mikroskop yang memiliki kualitas perbesaran antara 50 hingga
3000 kali.
II. Langkah-langkah Pengujian Metalografi
Berikut ini merupakan
langkah-langkah untuk melakukan pengujian metalografi. Adapun langkah-langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pemotongan
Pemotongan
specimen cukup dalam dimensi yang
tidak terlalu besar (<10 × 10 × 10) mm dan tidak boleh menjadi panas
berlebihan dalam proses pemotongan untuk menghindari rusaknya struktur specimen tersebut akibat panas.
2. Penyalutan (Mounting)
Benda
kerja yang kecil sukar dipegang pada proses penggerindaan dan pemolesan, maka
perlu disalut terlebih dahulu. Bahan penyalutan yang digunakan adalah
termoplastik seperti resin, yang mencair pada temperature 150º C.
3. Penggerindaan dan Pengamplasan
Proses
ini menggunakan kertas ampelas yang berjenjang dimulai dariampelas yang kasar
sampai dengan yang halus. Tingkat kehalusan kertas ampelas ini ditentukan oleh
ukuran serbuk silikon karbida yang menempel pada kertas tersebut.
Misalnya,
terdapat ampelas yang memiliki tingkat kehalusan hingga 220, angka 220
menunjukkan bahwa serbuk silikon karbida pada kertas ampelas itu bisa lolos dari ayakan hingga mencapai 220 lubang
pada luas 1 inchi2 (sekitar 625 mm2).
4. Pemolesan (Polishing)
Benda uji yang sudah
melewati proses penggerindaan, diteruskan ke proses pemolesan. Mesin yang
digunakan adalah mesin poles metalografi. Mesin ini terdiri dari piringan yang
berputar dengan kain beludru (selvyt). Cara
pemolesannya, benda uji diletakkan di atas piringan yang berputar, kain poles
diberi sedikit pasta oles. Pasta oles yang biasa digunakan adalah alumina (Al2O3).
Dalam istilah perdagangan diberi nama autosol
atau gama alumina. Bila garis-garis bekas pengampelasan masih terlihat,
pemolesan diteruskan.Apabila terlihat sudah rata, maka specimen dibersihkan dan dilanjutkan dengan pengetsaan.
5. Pengetsaan
Hasil pemolesan yang
terakhir akan menghasilkan suatu lapisan yang menutupi permukaan struktur
logam. Struktur mikro dapat terlihat dengan jelas di bawah mikroskop dengan
menghilangkan lapisan tersebut dengan cara mengetsa. Mengetsa dalam kamus, dapat diartikan sebagai proses pembuatan gambar
atau ukuran pada pelat tembaga, yang dilapisi lilin dengan benda tajam kemudian
membiarkan garis-garis yang diperoleh itu terkena korosi cairan asam. Hasil
proses itu ialah etsa, yaitu berupa gambar atau ukiran. Berikut ini merupakan
penjelasan beberapa larutan etsa untuk pengujian makro dan mikro yang biasa
dipakai dalam metalografi.
A. Cara Mengetsa :
Setelah
bahan uji melalui beberapa tahapan, maka benda uji dapat langsung dietsa.
Pengetsaan dilakukan dengan cara menempatkan asam yang akan digunakan pada
sebuah cawan kemudian mencelupkan permukaan benda uji pada asam tersebut sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan. Setelah itu, benda dicuci dengan air hangat
atau alcohol untuk menghentikan
reaksi dan mengeringkan dengan udara dari mesin kompresor.
B. Pengaruh Etsa
Etsa larutan kimia sangat mempengaruhi bentuk permukaan benda uji.
Dengan kata lain, baik atau tidaknya hasil pengetsaan dapat dipengaruhi oleh
larutan kimia yang digunakan untuk mengetsa. Setelah bahan uji dietsa, di atas seluruh permukaan benda uji akan
tampak garis-garis yang tidak teratur. Garis-garis yang tampak itu menunjukkan
adanya batas antar butir kristal logam tersebut.
Untuk memperjelas bentuk dan corak butir-butir
kristal yang berbeda jenisnya itu, dapat diamati pada mikroskop. Dengan
mikroskop,kita dapat menunjukkan adanya perbedaan beberapa elemen yang
terkandung dalam bahan uji tersebut.
Meskipun demikian, tidak semua proses
pengetsaan menghasilkan hasil etsa yang memuaskan. Dengan kata lain, dalam satu
proses pengetsaan terkadang kita tidak berhasil mengetsa benda yang diuji.
Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab terjadinya kegagalan dalam
mengetsa, yaitu :
- Benda kerja terlalu kotor karena terlalu lunak atau berminyak.
- Benda kerja tidak bersih pada waktu dicuci.
- Kurangnya waktu pengetsaan.
- Terlalu lama waktu yang digunakan dalam pengetsaan.
- Salah memilih dan menggunakan cairan etsa (etching reagent).
6. Mikroskop
Pada
dasarnya, mikroskop terdiri dari dua buah lensa positif, yaitu lensa yang
menerima sinar langsung dari bendanya atau lensa dekat dengan benda yang akan
dilihat, yang disebut lensa obyektif, sedangkan lensa yang berada dekat dengan
mata disebut lensa okuler. Perbesaran
total oleh mikroskop ini didefinisikan dengan perbandingan antara tangen sudut
buka baying akhir dengan sudut buka tanpa menggunakan alat. Perbesaran sebuah
mikroskop biasanya berkisar 50, 100, 200, 400, dan 1000 kali lebih besar dari
benda uji. Perbesaran
struktur mikro dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
LOK × LOB × FK × UKURAN
dimana :
LOK = lensa okuler (nilai 2,5)
LOB = lensa obyektif/lensa yang dipakai pada
mikroskop
FK = faktor kamera (nilai 1)
Ukuran foto 3R nilai 4.
III. Bahan-bahan larutan pada etsa makro
adalah sebagai berikut :
1. Hydrochloric, yang memiliki
komposisi 50% asam hydrochloric dalam
air dengan suhu antara 70º C - 80º C dan waktu yang dibutuhkan 1 jam, serta
digunakan untuk bahan baja dan besi.
2. Sulphuric, yang memiliki
komposisi 20% asam sulphuric dalam
air dengan suhu 80º C dan waktu yang diperlukan antara 10 sampai 20 detik,
serta digunakan untuk bahan besi dan baja.
3. Nitric, yang memiliki komposisi 20% asam nitric dalam air dan boleh dalam keadaan
dingin jika cocok, serta digunakan untuk bahan besi dan baja.
4. Alcoholic ferric chloride, yang memiliki komposisi 96 cm3ethyl alcohol, 59 gram ferric chloride, dan 2 cm3
asam hydrochloric.
5. Bahan
etsa, yang memiliki komposisi copper
ammonium chloride 9 gram dan air 91 ml specimen
untuk baja. Waktu etsa lebih lama dari pada etsa mikro struktur.
6. Untuk
mengetsa baja agar didapat hasil etsa yang dalam dan tebal lapisannya,
digunakan bahan etsa yang baik, yaitu hydrochloric
acil (HCl) 140 ml, sulphuric acid
(H2SO4) 3 ml dan air 50 ml dengan waktu etsa antara 15 sampai
30 menit.
7. Specimen alumunium atau campuran alumunium bahan etsa
ialah hydrofloride acid (HF) 10 ml, nitrid acid (HNO3) 1 ml, dan air 200 ml.
Waktu pengetsaannya sangat singkat dan karena itu, jika terjadi lapisan hitam
yang tebal dapat dihilangkan dengan cara merendam pada asam nitrat (HNO3). Waktu
pengetsaan itu lebih l daripada etsa untuk mikro struktur. Setelah kita
mengetsa, kita langsung dapat melihat bagian mana yang atau mengambang dari
serat (alur) benda kerja tersebut. Macro
test ini biasanya dilakukan pada benda yang pembuatannya ditempa, dituang,
dan hasil pengerolan.
IV. Bahan-bahan larutan pada etsa mikro adalah sebagai berikut :
1. Asam
nitrat, yang memiliki komposisi asam nitrat 2 ml dan alcohol 95% atau 98 ml. Pemakaiannya untuk bahan karbon, baja
paduan rendah, dan baja paduan sedang. Waktu yang diperlukan beberapa detik
sampai 1 menit.
2. Asam
pikrat, yang memiliki komposisi 4
gram asam pikrat, alkohol 95% atau 98 ml. Pemakaiannya
untuk baja karbon dalam keadaan normal, dilunakkan, dikeraskan (hardening) dan ditemper (tempering). Waktu pengetsannya beberapa
detik sampai 1 menit.
3. NH4OH.H2O2,
yang memiliki komposisi NH4OH sebagai dasar dan H2O2
beberapa tetes. Pemakaiannya untuk bahan tembaga dan paduannya dengan waktu
pengetsaan sampai bahan uji berwarna biru.
4. Bahan
etsa adalah nital 2%, yaitu 2 ml asam
nitrat (HNO3) dan 98 ml methyl alcohol dalam waktu 10 sampai 30
detik.
5. Bahan
etsa menggunakan asam yang terdiri dari 10% ammonium
ferri sulfat, 2,5% ammonium acrocide
NH4(OH), dan 65% larutan asamkrom dalam waktu 10 sampai 30 detik,
yang digunakan untuk tembagadan campurannya.
Gambar 1. Mettalurgical Microscope
Gambar 2. Hasil dari Uji Metalografi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar